Halaman

Rabu, 31 Oktober 2012

kisah seorang anak




Suatu ketika seorang anak yang berwatak buruk, diberikan sekantung (kantungan plastik) penuh paku oleh ayahnya. Ia diminta oleh ayahnya untuk memakukan sebiji paku pada satu tiang pagar di halaman setiap kali ia tidak mampu bersabar atau menahan diri dan membuatnya bermasalah dengan orang lain.

Hari pertama ia memaku 37 tiang pagar. Minggu-minggu pertama ia berlatih agar lebih mampu menahan diri, dan minggu-minggu berikutnya jumlah paku yang ia pakai makin sedikit. Ia mendapatkan dirinya bahwa lebih gampang menahan diri dari pada memaku pagar.

Lalu tibalah saatnya bahwa ia tidak perlu lagi memaku satupun pagar dan dengan sangat gembira segera ia laporkan hal itu pada ayahnya.

Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebiji paku setiap hari setiap kali ia mampu manahan diri atau bersabar. Hari-hari berlalu, dan tiba juga saatnya ia dapat dengan bahagia melaporkan pada ayahnya bahwa semua paku telah tercabut.

Sang ayah membawa si anak ke pagar dan berkata; “nak, kau telah berlaku baik selama ini. Tapi lihatlah betapa banyak lubang dalam tiang-tiang pagar ini. Pagar ini takkan pernah kembali seperti semula. Begitulah jika kau berselisih dan melukai hati seseorang, akan selalu meninggalkan luka seperti pagar ini. Tak peduli berapa banyak kau meminta maaf dan menyesal, tetapi luka itu telah ada dan membekas.”