Halaman

Senin, 28 November 2011

hoja memanah

Sesekali, Timur Lenk ingin juga mempermalukan Hoja. Karena Hoja cerdas dan cerdik, ia tidak mau mengambil resiko beradu pikiran. Maka diundangnya Hoja ke tengah-tengah prajuritnya. Dunia prajurit, dunia otot dan ketangkasan.

“Ayo Hoja,” kata Timur Lenk, “Di hadapan para prajuritku, tunjukkanlah kemampuanmu memanah. Panahlah sekali saja. Kalau panahmu dapat mengenai sasaran, hadiah besar menantimu. Tapi kalau gagal, engkau harus merangkak jalan pulang ke rumahmu.”

Hoja terpaksa mengambil busur dan tempat anak panah. Dengan memantapkan hati, ia membidik sasaran, dan mulai memanah. Panah melesat jauh dari sasaran. Segera setelah itu, Hoja berteriak, “Demikianlah gaya tuan wazir memanah.”
Segera dicabutnya sebuah anak panah lagi. Ia membidik dan memanah lagi. Masih juga panah meleset dari sasaran. Hoja berteriak lagi, “Demikianlah gaya tuan walikota memanah.”

Hoja segera mencabut sebuah anak panah lagi. Ia membidik dan memanah lagi. Kebetulan kali ini panahnya menyentuh sasaran. Nasrudin pun berteriak lagi, “Dan yang ini adalah gaya Hoja memanah. Untuk itu kita tunggu hadiah dari Paduka Raja.”
Sambil menahan tawa, Timur Lenk menyerahkan hadiah Hoja.

Tidak ada komentar: